Senin, 25 November 2013

Menulis adalah “Red Carpet” Kesuksesan

Menulis adalah “Red Carpet” Kesuksesan
Billy Boen  ;  CEO PT YOT Nusantara; Director PT Jakarta International Management (JIM); Shareholder, Rolling Stone Café
KORAN SINDO, 25 Oktober 2013



Beberapa jam sebelum saya mulai menulis artikel ini, saya berkesempatan untuk kembali bertemu, ngobrol, sambil ngopi-ngopi dengan seorang teman yang inspiratif. Ahmad Fuadi, penulis buku best seller Negeri 5 Menara.

Ini bukan kali pertama saya bertemu orang yang inspiratif ini. Saya ingat betul ketika kami bertemu untuk sekadar makan siang, berbagi dengan YOTers di Learning Lounge Plaza Semanggi, juga ketika beberapa kali saya mengundang Mas Fuadi untuk berbagi di program radio dan TV Young On Top. Setiap kali bertemu Mas Fuadi, saya selalu senang. Rasanya selalu ada yang saya dapatkan. 

Jadi, ketika minggu lalu Mas Fuadi mengajak bertemu pun, tidak pikir panjang, saya iyakan. Dan betul.. saya happy bisa ngobrol sama dia selama kurang lebih 2 jam! Apa yang diobrolin? Kebetulan tadi saya banyak share tentang bagaimana Young On Top bisa seperti sekarang ini. Tapi itu bukan yang ingin saya bahas di tulisan ini. Inti dari pertemuan tadi, Mas Fuadi ingin membalas budi seseorang yang telah mengajarkan dia untuk menulis. 


Membalas budi ke siapa? Kepada banyak orang yang ingin bisa menjadi penulis! Tunggu tanggal mainnya, dia pasti akan mengumumkan kapan dia akan mulai berbagi ilmu menulisnya. Kenapa Mas Fuadi mau membalas budi seseorang yang pernah mengajarinya menulis kepada banyak orang? Jawaban dia sederhana, ”Karena menulis itu bisa membuka jendela dunia.”

Artinya apa? Apakah ini hanya sekadar sebuah teori belaka? Tidak! Mas Fuadi itu bisa mendapatkan beberapa beasiswa sekolah di luar negeri itu karena menulis. Dia sekarang bisa enjoy life, tidak lagi bekerja di kantor karena dia memilih untuk hidup dari tulisannya. Dia sering berbagi pengalamannya tentang bagaimana menulis yang baik, bagaimana mendapatkan beasiswa, dan beda buku. semuanya karena dia menulis. 

Jadi, apa yang dia katakan itu, ya memang karena begitulah yang dia percaya dan sudah rasakan saat ini. Apa yang dilalui Mas Fuadi mirip dengan apa yang saya lalui. Bukan soal beasiswanya, tapi lebih kepada aktivitas dan bisnis saya yang berhubungan dengan Young On Top,ya karena saya menulis buku Young On Top. Kalau saya tidak pernah menulis buku Young On Top, entah seperti apa hidup saya saat ini. 

Yang pasti, saya tidak akan sedang mengembangkan PT. YOT Nusantara, tidak sedang pusing dan seru mikirin pengembangan Young On Top Mentorship Program, tidak sedang berbagi di Young On Top Metro TV, dan tidak sedang terus-terusan menginvestasikan uang saya untuk pengembangan digital network Young On Top (website, Facebook, Twitter, Insta gram). Dan pastinya, detik ini saya tidak sedang menulis artikel ini. 

Kalau saya tidak pernah menulis buku Young On Top, pastinya saya memiliki acara radio Young On Top yang mengudara selama 4 tahun, di mana saya berkesempatan untuk mengundang dan berkenalan dengan orang-orang yang telah sukses di karier. Saya tidak akan bisa ngobrol, menyerap ilmu, dan menjadi teman orang-orang dengan level general manager, direktur, serta CEO kalau saya tidak punya acara radio tersebut. 

Bayangkan, it’s truly priceless! Setelah empat tahun Young On Top ada di radio, ada sekitar 200 orang top yang telah saya undang dan menjadi teman saya, yang saya bisa kontak hampir kapan saja via mobile phone saya, untuk saya ajak makan siang, makan malam, atau sekadar ngopi-ngopi. Berkesempatan menjadi mitra bisnis Mas Andy Noya di Rolling Stone Café yang dibuka tahun 2010 pun juga karena saya menulis buku Young On Top yang sempat diangkat di Kick Andy Show 1 bulan setelah buku tersebut tersebar di seluruh toko buku di Indonesia pada bulan Mei 2009. 

Cukup contoh nyata yang saya sampaikan di sini untuk menguatkan pemikiran Mas Fuadi bahwa, ”Menulis itu bisa membuka jendela dunia?” Sejak 4 tahun lalu Young On Top Mentorship Program dibentuk, saya dan para mentor Young On Top menugaskan para Young On Top Campus Ambassador (YOT CA) untuk menulis dan mem-posting tulisannya di www.youngon top.com. 

Sesuai dengan motto Young On Top: Learn and Share, mereka diminta untuk belajar peka terhadap sekeliling supaya mereka bisa menulis, kemudian berbagi kepada YOTers di mana pun berada, dengan mem-posting tulisannya di web. Sempat ada YOT CA yang mengeluh, ”Mas Billy, saya kan ngga ingin jadi penulis. Kenapa YOT CA diwajibkan untuk menulis setiap bulan?” Saya menugaskan mereka untuk menulis 2 artikel setiap bulan karena saya sadar betul bahwa untuk menjadi orang yang sukses, kita harus ‘bisa’ menulis. 

Bukan sekadar bisa loh ya. Seseorang harus pandai menulis. Apa artinya? Orang yang pandai menulis itu adalah orang yang bukan sekadar mampu mengeluarkan ide atau pemikirannya, tapi juga mampu membawa pembacanya larut atau percaya serta setuju dengan apa yang dia tulis. Zaman sekarang, mana ada CEO yang tidak bisa menulis? Setidaknya, seorang CEO harus bisa menulis memo kepada seluruh karyawannya, dengan jelas. 

Mau jadi dosen? Mana ada dosen yang tidak bisa menulis? Mau jadi pengusaha? Saya pengusaha, dan saya bisa menulis. Apakah tulisan saya bagus, itu lain soal; saya selalu biarkan pembaca yang untuk menilai hal tersebut. Bagi saya, tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat dimengerti dengan jelas oleh pembacanya sehingga message yang terkandung di dalam tulisan tersebut dapat diserap dan diingat oleh pembacanya. Mau jadi orang sukses? Belajar menulis. Biasakan menulis. 

Bingung mau nulis apa? Coba buat blog, dan mulai menulis. Apa saja. Ajak teman-teman Anda untuk membaca tulisan Anda. Jangan malu. Apapun komentar teman-teman Anda akan tulisan Anda, ambil intisarinya. Kali aja ada yang bisa kamu perbaiki, berdasarkan komentar-komentar dari teman-teman Anda? Menulis adalah ”red carpet” kesuksesan. Menulis membuka jendela kamu untuk bisa dan meng-explore dunia. See you ON TOP! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar