Selasa, 09 Oktober 2018

investor-saham-lo-kheng-hong-prinsip-investasi-saya

http://market.bisnis.com/read/20121124/190/106497/javascript

http://kalimantan.bisnis.com/read/20171205/442/715100/investor-saham-lo-kheng-hong-prinsip-investasi-saya

Ini 5 Kriteria Pemilihan Saham Menurut Lo Khen Hong

Ini 5 Kriteria Pemilihan Saham Menurut Lo Khen Hong
November 24 / 2015 14:16 WIB
Oleh : Setyardi Widodo
Bisnis.com, JAKARTA – Lo Kheng Hong adalah salah satu investor saham paling berhasil di Indonesia. Sebagian orang menyebutkan Warren Buffet Indonesia.
Berikut ini penjelasan Lo Kheng Hong ketika berkunjung ke kantor redaksi Bisnis pada Selasa (24/11/2015) tentang strateginya dalam bermain saham. Menurut Lo Kheng Hong, ada lima hal yang dia pertimbangkan ketika membeli saham sebuah perusahaan publik.
Pertama, penerapan GCG atau good corporate governance. “Riset menyatakan perusahaan yang (dikelola dengan) GCG bagus itu menguntungkan. Kalau pengelolanya tidak jujur itu mengerikan,” ujarnya.
Perusahaan semacam ini, katanya, umumnya berupa bank, BUMN yang bagus, serta perusahaan multinasional atau grup besar. Dia mengingatkan, jika ada transaksi afiliasi, itu menunjukkan GCG-nya kurang bagus.
Hal kedua yang dipertimbangkan adalah sektor usaha. Lo Kheng Hong berpendapat sektor barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang terus tumbuh bahkan ketika IHSG turun.
Pertimbangan ketiga, lanjut Lo Kheng Hong, adalah laba yang besar.
Pertimbangan keempat, pertumbuhan perusahaan. “Contohnya BRI itu selama 10 tahun tumbuh terus.”
Memiliki perusahaan yang labanya besar, kata dia, mirip dengan memiliki mesin uang.
Adapun memiliki perusahaan yang tumbuh itu seperti memiliki mesin uang yang daya cetaknya terus meningkat.
Pertimbangan kelima dalam memilih saham, kata Lo Kheng Hong, adalah valuasi yang lebih rendah dibandingkan nilai wajar. Untuk tahu nilai wajar, investor perlu tahu tentang aset dan perbandingannya dengan perusahaan sejenis di tempat lain. Terkait dengan penilaian ini pula Lo Kheng Hong tidak suka membeli saham perdana.

http://market.bisnis.com/read/20151124/189/495242/javascript

Resep Memilih Saham yang Menguntungkan ala Lo Kheng Hong


Resep Memilih Saham yang Menguntungkan ala Lo Kheng Hong
Juli
01
/ 2013
06:22 WIB
Oleh :
Stefanus Arief Setiaji

BISNIS.COM,JAKARTA--Bagi Anda investor pasar saham di Indonesia, tentu tidak asing dengan sosok Lo Kheng Hong. Kalaupun tidak mengenal secara pribadi orangnya, minimal pernah mendengar nama yang kerap disebut-sebut sebagai Warren Buffet-nya Indonesia.
Lo Kheng Hong merupakan investor saham yang dinilai cukup sukses. Di usia yang tak lagi muda, dia kini kerap mondar mandir diminta menjadi pembicara untuk sekedar berbagi kiat sukses berinvestasi di pasar modal.
Gaya bertuturnya kalem, pelan, dan tak ada kesan menggurui. Dia sering menggambarkan gaya investasi sahamnya seperti halnya orang tidur.
Jika seorang investor saham jeli memilih saham perusahaan yang berkinerja dan prospek yang baik, tentu harga saham perusahaan itu berpeluang akan terus naik.
Artinya, tanpa perlu memantau dari hari ke hari perkembangan harga sahamnya di pasar, sebuah perusahaan yang berkinerja baik tentu akan memberi imbal hasil yang optimal ke depan.
Ada sisi menarik yang dapat dipelajari dari Lo Kheng Hong, terutama dari cara dan gaya dia menganalisa prospek saham sebuah perusahaan.
Hal pertama yang digarisbawahi olehnya, setiap investor saham harus rajin menggali sebanyak mungkin informasi, baik melalui keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), membaca referensi lainnya, atau paling mudah dengan membaca koran.
"Koran itu sumber informasi berharga. Saya langganan empat koran. Bayangkan, hanya dengan membayar Rp360.000 per bulan, saya bisa dapat banyak informasi dari sana," ujarnya dalam sebuah seminar "Market Update, Economic Outlook, How To Be A Succes Investor" IDX Investor Club, Sabtu (29/6/2013).


Selain itu, dia memegang betul prinsip 'buy what you know and know what you buy'. Kenali betul perusahaan yang Anda beli sahamnya.
Hal ini untuk memastikan kinerja perusahaan ke depan sehingga dana investasi yang dikeluarkan benar-benar akan memberi keuntungan.
Meski banyak bermunculan berbagai macam model analisa mengenai pergerakan harga saham, Lo Kheng Hong menilai itu semua bukan menjadi tolak ukur utama.
Meskipun dia secara pribadi lebih percaya diri menggunakan analisa fundamental untuk memilih sebuah saham perusahaan tercatat.
Dia memberi istilah analisa saham secara fundamental maupun teknikal ibarat kandang dan sapi.
Sering kali, katanya, investor saham hanya melihat sapi yang ada didalam kandang. Uniknya lagi, sapi yang diperhatikan betul itu hanya buntut-nya saja.
"Selama buntut sapi masih bergerak naik turun, maka investor melihat itu sebagai peluang untuk mendapatkan untung. Dia tidak melihat bagaimana kandangnya atau kondisi sapinya," katanya.
Dengan kata lain, pemahaman secara fundamental yang di antaranya mencakup bisnis yang dijalankan perusahaan, bagaimana prospek pasarnya, lebih kerap dikesampingkan.
Investor lebih senang melihat fluktuasi pergerakan harga sahamnya dibandingkan dengan memperhatikan dan mendalami kinerja perusahaannya.
Dia mengaku hampir semua investasi yang dijalankan bersifat jangka panjang dan selama ini memberi keuntungan yang menjanjikan.
Dengan model investasi jangka panjang, saat kondisi pasar anjlok seperti yang terjadi dalam sebulan terakhir lalu, 'tidurnya' tetap saja nyenyak karena gaya investasi jangka panjang dipilihnya.
"Tuhan itu Maha Pengampun, tapi pasar saham tak mengenal ampun," jelasnya.

http://market.bisnis.com/read/20130701/7/147796/resep-memilih-saham-yang-menguntungkan-ala-lo-kheng-hong

Investasi Saham: Kiat Ala Lo Kheng Hong Bagi Investor Pemula

Investasi Saham: Kiat Ala Lo Kheng Hong Bagi Investor Pemula
 Ilham Budhiman  Minggu, 15/04/2018 14:35 WIB

Bisnis.com, BANDUNG - Investor terkemuka Indonesia Lo Kheng Hong berbagi pengalaman mengenai investasi saham dalam acara "Who Wants To Be A Billionaire, Value Investing" di Labtek XIV SBM ITB, Sabtu (14/4).

Adapun selain Lo Kheng Hong, hadir sebagai narasumber Director MBA-ITB Dr. Subiakto Soekarno, Value Investor Erman Sumirat dan Donald Crestofel Lantu, Kepala Perwakilan BEI Jabar Reza Sadat Shahmeini, serta Vimalasari dari Panin Sekuritas Bandung.

Dihadapan para mahasiswa MBA ITB, Lo Kheng Hong memaparkan mengenai pengalaman dan kiat-kiat untuk memulai investasi saham. Menurut dia, investor pemula sudah seharusnya memiliki cara pandang yang berbeda dan jeli melihat peluang.

Lo mengingatkan agar investor pemula memilih saham-saham undervalue atau salah harga karena perusahaan-perusahaan itu nantinya akan mempunyai potensi ke depan yang baik dan prospek yang bagus.

Selain itu, Lo Kheng Hong juga berpesan agar mencari perusahaan-perusahaan yang reputasi manajemennya baik, serta mencari perusahaan yang labanya besar dan harganya murah. Jangan memilih perusahaan yang terlihat baik dari luar, namun bobrok di dalamnya.

"Cari perusahaan yang dikelola oleh orang-orang jujur, profesional, berintegritas dan dikagumi. Jangan beli kucing dalam karung," ungkapnya.

Investasi saham, katanya, diibaratkan sebagai 'harimau buas yang mematikan'. Cara pandang dan ibarat itu menentukan apakah seseorang berani berinvestasi saham atau tidak. Menurutnya, banyak yang menghindari investasi saham karena memiliki tingkat risiko yang tinggi.

"Padahal, harta karun kekayaan terbesar yang ada di dunia adanya di pasar modal bukan ada di bawah laut. Nilainya nyata dan transparan. Sangat disayangkan bila ada orang yang tidak mengenal pasar modal," kata Lo yang sering disebut sebagai Warren Buffet Indonesia.

Lo mulai berkecimpung di pasar saham ketika berumur 30 tahun. Kini, asetnya di pasar saham diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Dia tidak memilih jenis investasi lain, dan lebih memilih fokus di investasi saham.

"Saham is the best choice. Tapi sedikit yang berminat pada saham. Adanya Bursa Efek indonesia (BEI) memungkinkan kita untuk memiliki perusahaan yang hebat. Beli saham itu halal, jangan takut," kata Lo meyakinkan.

Namun, kata dia, apabila investor pemula sampai salah langkah di awal. Jangan harap mendapatkan cuan. Kata Lo, bursa saham tidak mengenal ampun.

"Bursa saham tidak mengenal ampun dan belas kasihan kepada orang yang tidak tahu apa yang dia beli. Oleh karena itu, harus teliti," ujar Lo.

Dia mencontohkan kesukseskan investasi saham ketika ada seorang siswa SMA di Massachusetts, AS, mendapat cuan dari bermain saham dan 95% mengalahkan portofolio reksadana yang dikelola oleh para manajer dan fund manager profesional. padahal, kata Lo, siswa itu tak mendapat latar pendidikan keuangan.

"Lalu apa rahasianya? Ternyata dia melakukan riset sebelum memutuskan membeli saham. Mereka harus mengetahui dengan baik perusahaan yang akan mereka beli," kata Lo.

Lo berujar, dalam perjalanan bermain saham dirinya adalah seorang yang tidak ambisius dan agresif. Dia menyebutnya sebagai 'sleeping shareholder' karena tidak memoloti pergerakan harga saham di layar monitor. 

http://bandung.bisnis.com/read/20180415/17/578446/investasi-saham-kiat-ala-lo-kheng-hong-bagi-investor-pemula

Menjadi Investor Tidur ala Lo Kheng Hong

Menjadi Investor Tidur ala Lo Kheng Hong
Mei
04
/ 2018
08:51 WIB

Lo Kheng Hong beberapa kali tergelak mengenang kisahnya menjadi sleeping investor saham. Menurutnya, investasi saham membuat hidupnya berkualitas seperti sekarang; punya banyak uang sekaligus punya banyak waktu.

Di dunia yang makin renta ini, menurutnya, ada empat macam orang. Pertama, orang banyak waktu tetapi tidak punya uang. Ia adalah pengangguran. Kedua, orang yang banyak uang tetapi tidak punya banyak waktu. Mereka adalah para pengusaha dan para profesional.



Ketiga, orang yang tidak punya banyak waktu dan tidak banyak uang. Mereka adalah para karyawan, bergaji kecil dengan pekerjaan setumpuk. Tipe orang ini, sangat sibuk bekerja, tetapi pada akhir bulan uang habis. Konon, populasi kelompok ketiga, cukup besar di Indonesia.

Keempat, orang yang punya banyak uang sekaligus punya banyak waktu, yakni sleeping shareholder, pemegang saham tidur, disebut juga sleeping investor; bisa mengerjakan apapun yang disukai.

Sehari-hari LKH, panggilan akrab Lo Kheng Hong bangun pukul 6 pagi, duduk di taman, minum kopi, baca 4 koran, lalu telepon perusahaan sekuritas langganan, pesan saham yang ingin dibeli. Sesekali, dia melayani undangan berbicara di beberapa forum atau jalanjalan ke luar negeri.



Secara teknis, pria berusia 59 tahun ini adalah investor bekerja sendiri. Bahkan, ketika portofolio sahamnya terus bertambah, dia tak perlu merekrut orang untuk sekedar mencatat aset yang tersebar dalam berbagai saham perusahaan terbuka juga properti.

LKH menjadi pribadi yang independen dalam banyak hal, dan tentu saja secara finansial. Orang yang tidak punya kantor, tidak punya pelanggan, tidak punya karyawan,
tidak memiliki bos, dan satu lagi, tidak punya utang.

Dia hanya tampak begitu sibuk pada saat-saat tertentu, seperti pada Senin, (30/4), hari yang merupakan batas waktu bagi emiten merilis laporan keuangan kuartal I/2018. LKH mengunggah foto tumpukan koran dan sejumlah kertas HVS yang berisi cetakan laporan keuangan sejumlah perusahaan di Grup Whatsapps Sleeping Investor Saham.

Ruang ngobrol virtual ini memang beranggotakan para investor saham, analis, pengurus perusahaan, juga wartawan. Kami setiap saat bicara soal perkembangan saham, membahas kinerja emiten, rumor ataupun rekomendasi saham berprospek bagus. LKH, termasuk salah satu panutan di grup ini, terlihat dari gambar profil grup berisi foto dirinya dengan latar belakang rumah Warren Buffet, di Amerika Serikat.

Sebutan sleeping investor saham memang mengandung makna harafiah investor tidur; yakni pemilik modal besar ataupun kecil, untuk kemudian didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Investor jenis ini, tidak mudah terpengaruh oleh fluktuasi harga saham, membeli saham karena fundamental perusahaan dan mencari keuntungan dalam jangka panjang dan tentu saja menikmati dividen.

Asal tahu saja, ketika Indeks Harga Saham Gabungan [IHSG] Bursa Efek Indonesia tertekan seperti dua pekan terakhir ini, adalah saat paling tepat bagi investor seperti LKH ambil posisi beli. Alasannya, ‘banyak saham murah dan salah harga’. Selalu ada kesempatan dalam sebuah kesempitan.



Bagi investor pemula, kehadiran Lo Kheng Hong tentu sangat berarti. Pandangannya tentang satu emiten sangat ditunggu, dan biasanya mendapatkan banyak respons anggota grup. Namun, dia tidak pernah benarbenar menunjukkan saham mana yang pantas dijual atau dibeli. “Saya hanya mau kasih tahu cara memilihnya.”

Menurutnya, untuk menjadi investor tidur, hal pertama yang harus dilakukan adalah mempelajari siapa yang mengelola perusahaan itu. Apakah perusahaan itu dikelola orang jujur, profesional, berintegritas atau sebaliknya, tidak jujur, tidak profesional dan tidak berintegritas. Bila pengelola perusahaan itu suka mengambil uang untuk dirinya, ‘adalah suatu yang mengerikan bagi investor’.

Kedua, adalah bidang usaha. Ada bidang usaha yang baik dan tidak baik. Saat ini, bidang usaha baik banyak sekali seperti perbankan, barang konsumsi, atau pertambangan batu bara. Ketiga harus rajin mengecek apakah perusahaan itu punya laba besar. Pilihlah perusahaan dengan laba besar karena itu seperti memiliki mesin pencetak uang. Harga saham berkorelasi dengan laba.

Keempat, belilah saham-saham perusahaan yang bertumbuh. Artinya setiap tahun labanya selalu meningkat. LKH mencontohkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), emiten yang dulu punya laba Rp11 triliun, tetapi pada akhir 2017 sudah mencapai Rp29 triliun.

Kelima, belilah perusahaanperusahaan dengan valuasi murah. Artinya, perusahaan yang salah harga, seperti price earning ratio (PER) rendah dan price to book value (PBV) di bawah satu kali.

Bisa dibilang, LKH memang seorang investor saham kawakan, dengan pengalaman 30 tahun. Semula dia adalah bankir di PT Bank Ekonomi Rahardja Tbk., jauh sebelum lembaga itu diakuisisi dan merger dengan The Hongkong Shanghai Bank Corporation (HSBC). Posisi terakhir sebelum mengundurkan diri adalah kepala cabang.

Berhenti sebagai pegawai menjadi keputusan tepat bila merunut hasil yang sudah dinikmati saat ini. Tentu saja dia enggan membeberkan berapa nilai kekayaannya yang sudah tertanam di saham, tetapi tak sedikit yang menaksir antara Rp2,5 triliun hingga Rp3 triliun.

Namun, bila dia dengan mudah membeli sebuah rumah seharga US$1 juta, tepat berseberangan dengan tempat tinggal yang dihuni sejak 1958 oleh sang idola; investor saham Warren Buffet, di Omaha, Amerika Serikat, siapa yang tidak mahfum? Dengan membeli rumah itu, LKH mengaku ingin bertetangga dengan Warren Buffet, lalu berkenalan.

Benar-benar sebuah obsesi sederhana seorang penggemar dengan sang idola. Bagi orang awam, aktivitas ini berbiaya mahal, kendati LKH menganggap rumah tersebut dibeli secara ‘salah harga’ karena harga pasarnya jauh di atas harga beli. Salah harga, adalah kunci.

Membeli dengan salah harga ini sepertinya menjadi prinsip LKH. Tidaksaja dalam membeli rumah, tetapi juga dalam membeli mobil Mercedes Benz Seri S bekas yang kini menemani kesibukannya. “Seumur-umur, saya baru sekali membeli mobil baru merk Timor pada dekade 1990-an, itupun mobil salah harga karena bebas bea masuk. Bagi saya, membeli mobil itu nilainya akan terus turun,” tutur Lo Kheng Hong.

Pernah suatu ketika, saya berkesempatan makan siang dengan ‘Warren Buffet Indonesia’ itu dan mengorek banyak hal darinya. Terus terang keuntungan besar dari investasi saham bikin banyak orang ngiler.

LKH membocorkan beberapa rahasia sukses belanja sahamnya. Pernah suatu ketika, beberapa tahun setelah krisis 1998, dia mengoleksi saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) diharga Rp250, lalu menjualnya beberapa tahun kemudian di harga Rp15.000.

Beberapa waktu lalu, dia juga mengaku membeli saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) pada harga Rp1.000 lalu melepasnya diharga Rp11.000. Lalu LKH memborong saham PT Indika Energy Tbk. (INDY) saat masih di level Rp100 dan membawanya sebagai pemegang saham terbesar keempat setelah para pendiri perusahaan itu.

Pada 2016, LKH melepas saham INDY di level Rp4.500. Mau tahu alasan rahasia saat aksi borong terjadi? “Saya membeli di harga Rp100 saat nilai bukunya Rp1600. Inilah salah satu contoh saham salah harga,” tuturnya.

Namun, bila kita ingin belajar, jangan pernah puas menilai hanya dari kesuksesannya sekarang. Investor seperti Lo Kheng Hong, bukan lahir dari sebuah keajaiban semalam. Ia ditempa oleh kegagalan, termasuk ketika krisis 1998, nilai portofolio sahamnya melorot tinggal 15%.

Hanya karena investasi tanpa sepeserpun dari utang maka LKH bisa bertahan. Mengalihkan saham tersisa tersebut untuk memborong UNTR, adalah momentum penyelamatan hingga dia bertahan. Contoh gagal dan bangkit ini bukan monopoli seseorang. Saya tahu, sebagian besar investor saham punya jejak kegagalan.

Mengutip Jack Ma, pemilik Alibaba Group Ltd, perusahaan dagang el multinasional, ketika orang masih gagal, apapun yang dikatakan seperti kentut. Namun, ketika sudah berhasil, kentutpun sangat menginspirasi. Menurut saya, bisa jadi ini benar, tetapi tidak selalu tepat. Selebihnya, terserah Anda! Disclaimer mode on.

http://manajemen.bisnis.com/read/20180504/238/791550/menjadi-investor-tidur-ala-lo-kheng-hong