Senin, 11 Juli 2016

Cara Sukses Hadapi Ujian di Fakultas Hukum

Cara Sukses Hadapi Ujian di Fakultas Hukum
Lengkapi referensi, giat berlatih dalam forum belajar dan yang terpenting jangan nervous.

Ujian menjadi salah satu faktor penting untuk menentukan nilai bagi para mahasiswa. Alhasil, banyak mahasiswa yang ingin memperoleh nilai bagus dalam ujian. Karena dengan nilai ujian yang baik, dapat berpengaruh terutama dalam mendongkrak Indeks Prestasi Kumulatif(IPK).
Namun, agar keinginan mendapatkan nilai bagus itu bisa tercapai, diperlukan persiapan serta strategi yang jitu. Tak hanya itu, karakter ujian yang biasanya disajikan dengan bentuk esai atau uraian patut diwaspadai terutama melihat mata kuliah di Fakultas Hukum (FH) yang sedikit unik.
Keunikan masing-masing mata kuliah di FH ini sejalan dengan bagaimana nantinya bentuk dan jenis soal yang muncul saat ujian dimulai. Lantas, bagaimana cara agar bisa sukses menghadapi ujian di FH? Berikut sejumlahtips agar mahasiswa siap menghadapi ujian di kampus.


1.    Fokus Belajar Sejak Awal
Ini faktor penting yang wajib dimiliki setiap mahasiswa di FH. Kebanyakan mahasiswa masih memiliki pandangan kalau prestasi salah satu ukurannya ada pada nilai yang dimiliki. Mahasiswi FH Universitas Indonesia angkatan 2013 Dinda Imani K mengatakan, kalau persiapan yang dilakukan dua sampai tiga hari menjelang ujian tak cukup untuk memperoleh nilai bagus.
Menurutnya, mahasiswa wajib mempersiapkan belajarnya sejak awal dengan salah satunya mendapatkan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Ia percaya, SAP bisa menjadi informasi mengenai apa saja pokok-pokok materi yang mesti dipahami mahasiswa. “Ngga bisa kalau dipersiapkan cuma satu atau dua hari sebelum ujian dimulai. Fungsinya itu biar kita tahu belajarnya bakal apa aja dan itu memperlihatkan pokok-pokok yang harus kita hafalkan,” ujar Dinda saat dihubungi hukumonline, Rabu (16/9).
2.    Jangan Salah Pilih Kelas
Setiap awal semester mahasiswa biasanya diminta untuk mengisi Kartu Rancangan Studi (KRS). Saat memilih kelas, mahasiswa perlu mempertimbangkan juga siapa dosen yang mengajar mata kuliah itu. Lalu apa hubungannya? Dinda mengatakan, kalau pada awalnya memang hal seperti ini tidak banyak jadi perhatian mahasiswa. Karena mahasiswa punya pemikiran selagi mengerjakan tugas dan ujian dengan baik, maka nilai A akan mudah didapat.
Kenyataan yang terjadi tidak semudah itu. Biasanya dosen memberi nilai ujian secara objektif. Tapi tak tertutup kemungkinan muncul faktor subjektifitas dari dosen saat memberikan nilai ke mahasiswa. “Setiap ujian dari setiap mata kuliah, karakteristiknya beda-beda. Ada yang dosennya tipenyatemplate banget, ada dosen yang minta anaknya untuk kritis, ada yang soalnya selalu berubah, ada yang cuma makalah,” papar Dinda.
Senada dengan Dinda, Mahasiswa FH Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Muhammad Ridho menilai penting bagi mahasiswa mengenali karakter dosen. Ridho membeberkan kalau selama ini dia sejak awal mencoba untuk mengenal dosen secara personal. Tujuannya agar dia bisa mengetahui bagaimana tipikal dosen itu.
“Saya dekati, kenalan secara langsung. Sebelum ujian saya sudah mengenal beliau, sering sharing dengan beliau,” kata mahasiswa angkatan 2012 itu.
3.    Lengkapi Referensi
Referensi juga tak kalah penting. Selain buku pegangan utama, mahasiswa perlu untuk melengkapinya dengan referensi penunjang lainnya. Bagi Dinda, referensi penunjang lainnya itu antara lain catatan pribadi, bahan presentasi atau makalah dari dosen sampai buku diktat. Meski punya kekurangannya masing-masing, tapi hal itu bisa menunjang buku pegangan utama yang dibaca mahasiswa.
“Sebaiknya punya tiga-tiganya, ringkasan pada saat perkuliahan yang kita catat sendiri. Kedua minta bahan presentasi dari dosen, karena bahan presentasi dosen itu kan ringkasan dari buku-buku yang dibaca dosen. Ketiga beli diktat. Itu tuh udah paling mantep banget,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Dinda, di FH UI, dirinya juga terbantu oleh materi-materi kuliah yang dihimpun oleh BEM FH UI dalam situs FH UI Guide. “Suatu web yang isinya provide semua bahan presentasi yang dikasih sama dosen. Kita terbantu banget deh dari situ,” jelasnya.
4.    Buat Forum Belajar
Cara ini juga bisa mengukur seberapa cukup kesiapan kita saat menghadapi ujian nanti. Ukurannya bisa dilihat ketika dalam forum belajar ini terjadi interaksi seperti diskusi pada umumnya. Setiap mahasiswa punya bekal pengetahuan yang berbeda, sehingga nantinya di antara mahasiswa itu saling memberi pengetahuan masing-masing. Ridho mengaku selalu menerapkan metode ini menjelang pekan ujian berlangsung. Hasilnya, nantinya akan memiliki kesamaan pemahaman terhadap suatu mata kuliah.
“Kelasnya kan berbeda-beda, melakukan diskusi bersama sehingga mendapatkan sintesa atau kesimpulan bersama. Jadi hampir setiap kelas itu jawabannya sama karena sudah punya tim diskusi sendiri,” kata Ridho yang juga Direktur Dinamika Study Club FH Unibraw ini.
Dinda juga mengaku menggunakan cara yang sama di FH UI. Dalam forum diskusi, kata Dinda, nantinya materi yang ada dalam SAP akan dikaji kembali. “Pertama kita jadi ulang. Pas ngomong jadi menambah pengetahuan dan biasanya teman-teman lain akan menambah informasi lainnya. Jadi perspektifnya ngga satu orang, kebenarannya tuh jadi lebih valid,” paparnya.
Sedangkan saat akan mengerjakan ujian, Ridho menambahkan, paling tidak ada dua hal utama yang mesti dilakukan. Pertama, jangan nervous. Ini penting karena ketika gugup ada kecenderungan materi yang dipelajari sebelumnya bisa jadi blank. Ridho juga menyarankan agar mulai mengerjakan soal dari yang dinilai paling mudah dikerjakan. Hal itu akan mengefektifkan waktu yang diberikan oleh dosen.
“Pada saat hari H itu tidak perlu takut, khawatir ataupun cemas. Tapi coba tenang, cooling down karena kita sudah coba memahami,” pungkas Ridho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar